Senin, 02 April 2012

Jaga Alam dan dari Kepunahan makhluk hidup

Sebagaimana kita di tugaskan oleh Tuhan sebagai kholifah, tugas manusia di bumi ini untuk menjaga kelestarian dan keamanan dunia. Tapi kenyataannya manusia sudah tidak memperdulikan lagi yang namanya menjaga kelestarian alam, sehingga keseimbangan di alam mulai tidak seimbang. banyak contoh kasus yang kita dengar dan lihat, di antaranya yang baru-baru sekarang ini..serangan tomcat..kenapa sekarang-sekarang ini semut yang dulunya sahabat petani sekarang menjadi teroris yang menjadi buruan manusia karena dapat menrugikan..padahal dari dulu..semut semacam itu merupakan salah satu musuh alam bagi para perusak hama.sekarng lagi cape..besok lagi di teruskan..

example non example


A.    Latar Belakang                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       
Pada sebagian besar di sekolah pembelajaran yang dilakukan cenderung terpusat pada guru (teacher center), kegiatan pembelajaran yang demikian disebut juga pembelajaran tradisional. Cara mengajar yang sering digunakan para guru biologi adalah ceramah pada setiap kegiatan belajar mengajar siswa hanya mendengar dan mencatat, sehingga siswa cenderung pasif dan merasa bosan pada mata pelajaran. Seharusnya dalam pembelajaran itu, yang diingat siswa adalah 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang dilakukan dan dikatakan. Hal ini menunjukkan bahwa jika mengajar dengan banyak ceramah, maka materi pelajaran yang diingat oleh siswa hanya sebesar 20% saja. Tetapi sebaliknya apabila siswa diminta untuk mengamati dan memperhatikan suatu media visual, maka materi pelajaran yang diingat oleh siswa dapat sebesar 30%. Banyak siswa berpikir bahwa dengan cara tersebut dapat mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa, karena mata pelajarannya dianggap tidak menarik.
Hasil kegiatan observasi di MTsN Cipatujah menunjukkan bahwa motivasi dan minat siswa di dalam kelas  belum optimal. Gejala tersebut berdasarkan pada fakta-fakta berikut: 25% guru mengajar sedikit dimengerti siswa, 25 % siswa sebagian memperhatikan dan sebagian lagi tidak memperhatikan, 25 % siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami, 25 % siswa sedikit mengerti materi yang telah disampaikan, 25 % siswa bosan, KKM siswa rendah, dan 25 % pengelompokan siswa hanya satu kali per semester tanpa dipresentasikan.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru biologi ditemukan beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar  siswa kelas VII MTsN Cipatujah tahun pelajaran 2011/2012. Pertama, kebanyakan siswa kurang aktif dalam pembelajaran karena kebanyakan guru menerapkan metode ceramah. Kedua, metode pembelajaran monoton dan teacher centered atau lebih berpusat pada guru menimbulkan siswa bosan. Ketiga, rendahnya motivas dan minat  belajar siswa dalam pembelajaran karena anggapan siswa materi biologi banyak menulis, menghafal dan  menyebabkan pembelajaran di kelas belum optimal.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai akan sangat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang lebih variatif dan melibatkan siswa untuk menjadi lebih aktif dan komunikatif. Penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik dapat menimbulkan suatu masalah, yaitu motivasi dan minat belajar rendah sehingga berdampak pada hasil belajar .
Pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar biologi adalah menggunakan model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran examples non-examples. Penerapan strategi examples non-examples dapat mendorong siswa untuk berperan aktif, minat dalam pembelajaran, termotivasi untuk belajar biologi.
Bertolak dari uraian diatas maka penulis mengambil sebuah judul PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII MTsN CIPATUJAH ( Penelitian pada siswa kelas VII MTsN  Cipatujah   Kec Cipatujah Kab. Tasikmalaya).

B.       Batasan Masalah
Untuk menghidari meluasnya permasalahan penelitian, maka perlu pembatasan masalah. Adapun batasan - batasan masalah dalam penelitian adalah 
1.         Subyek penelitian adalah Pengaruh Penerapan Model Examples non-Examples
2.         Obyek Penelitian adalah hasil belajar siswa di kelas VII MTsN Cipatujah  Kec. Cipatujah Kab. Tasikmalaya
3.         Penerapan model Examples non-Examples di kelas VII MTsN Cipatujah Kec. Cipatujah Kab. Tasikmalaya tahun pelajaran 2011/2012

C.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran Examples non-Examples terhadap hasil belajar siswa”?

D.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran  Examples non-Examples terhadap hasil belajar siswa.
E.       Kegunaan Hasil Penelitian
1.         Manfaat Teoretis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu biologi (IPA), dalam memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dan mengembangkan keaktifan siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar.
2.         Manfaat Praktis
a.         Bagi Siswa
1)        Menumbuhkan dan mengembangkan motifasi belajar siswa dalam pelajaran IPA.
2)        Dapat  meningkatkan hasil belajar siswa
b.        Bagi Guru
1)        Memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, dan informasi untuk mencoba menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam pelajaran IPA.
2)        Memberikan gambaran tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non-examples.

F.        Definisi operasional
Agar menjadi jelas permasalahan yang diteliti dan tidak terjadi pemahaman yang keliru oleh para pembaca, adapun definisi  operasional variable penelitian sebagai berikut :
1.         Pengertian Model Pembelajaran Examples non-examples
Examples Non-Examples adalah metode belajar yang menggunakan  contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati,2007). Selanjutnya menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non-Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.  
2.         Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2005:45) mengemukakan bahwa “pembelajaran dikatakan berhasil dilihat dari beberapa tipe hasil belajar, sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah”
Pendapat lain dikemukakan oleh Bloom dalam Sudjana (2005:46) mengemukakan bahwa “dalam tujuan pembelajaran yang kita capai terdiri dari 3 hal, yaitu bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotor”.
Rustaman et al. (2003: 61) untuk memecahkan masalah dalam belajar, siswa harus mengetahui konsep dasar permasalahan yang dihadapinya. Konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta, baik suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam yang membedakannya dari kelompok lain. Pada penguasaan konsep, dikenal suatu teori dari Benjamin Bloom yang disebut Taxonomy of Educational Objectives atau lebih populer dengan istilah Taksonomi Bloom.

G.      Kerangka Berfikir
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa atau peserta didik.
Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peran guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar ( directing and facilitating the learning ) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.
Dalam pemikiran murid tidak terjadi gerak proses belajar, kalau hal baru dalam matari pelajaran itu disajikan tidak jelas. Sejalan dengan hal itu  Rooijakkers ( 2003: 15 ) menjelaskan bahwa keberhasilan seseorang pengajar akan terjamin, jika pengajar itu dapat mengajak para muridnya mengerti suatu masalah melalui semua tahapan proses belajar, karena dengan cara begitu murid akan memahami hal yang akan diajarkan. Dengan begitu dalam proses pembelajaran guru harus menggunakan model-model atau pendekatan mengajar yang dapat menjamin pembelajaran berhasil sesuai yang direncanakan
Bagan Kerangka Berpikir
 





      




                                        























H.      Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dirumuskan sebagai berikut: “Penerapan model pembelajaran tipe model Examples non-examples berpengaruh terhadap  hasil belajar siswa.

I.         Tinjauan Teoretis.
1.         Pengertian  Belajar
Untuk memberikan batasan tentang pengertian belajar dapat dilihat dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di bawah ini:
Belajar menurut pandangan B. F. Skinner ( 1958 ) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai prilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menurun. Jadi belajar adalah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon Gagne (Suprijono, Agus 2010 : 2) menyatakan bahwa “belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Prubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah”. Menurut Slameto ( 2010 : 2 ) beranggapan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkunga”. Menurut Spears, Harold ( Suprijono, Agus 2010 : 2 ) “ Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu”. Belajar adalah pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku ( Ginting, 2005 : 34 ).
2.         Pengertian Mengajar
Kegiatan mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu seorang anak didik. Mengajar itu adalah suatu penyimpanan pengetahuan dan kebudayaan kepada peserta didik. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Mengajar diartikan juga sebagai aktivitas mengarahkan, memberi kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pelajar.
Slameto (2010 : 29) mengatakan “Mengajar adalah salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi guru. Dan setiap guru harus menguasainya serta terampil melaksanakan mengajar itu”. Sementara itu menurut Dequenly dan Gazali ( Slameto, 2010 : 30 ) “Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling tepat dan singkat”.
3.         Pengertian Hasil Belajar
Menurut Purwanto ( 2009 ) hasil belajar dapat di jelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu hasil dan belajar . Pengertian hasil menunjukan perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya Winkel ( Purwanto , 2009 : 45). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yang mencangkup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik Bloom ( Purwanto , 2009 : 45 ). Kegiatan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik tidak saja ditentukan oleh managemen sekolah , kurikulum , sarana dan prasarana pembelajaran  tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru ( Mulyasa ,2008 : 194).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian  hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan / penguasaan pengetahuan / keterampilan yang di kembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang di berikan oleh guru.
Menurut R.M Gagne ( 1957 ) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kecakapan manusia yang meliputi
a.         Informasi verbal
b.        Kecakapan intelektual terdiri dari diskrimasi, konsep konkrit, konsep abstrak, aturan, aturan yang lebih tinggi
c.         Strategi kognitif
d.        Sikap
e.         Kecakapan motorik
4.         Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (2010 : 54) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut :
a.         Faktor Intern
Faktor intern yang ada dalam diri siswa. Faktor inter dapat dikelompokkan, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
b.        Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses kegiatan seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, kesehatan badanya harus tetap terjamin.Keadaan cacat tubuh mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu.
c.         Faktor Pikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa. Siswa yang intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi. Adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat penting untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik. Bahan pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa, akan membosankan. Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan sebagai akibat, hasil belajarnya menjadi rendah atau menurun.
d.        Faktor Kelelahan
Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar.
e.         Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1)        Lingkungan keluarga
Keluarga sebagai lingkungan yang pertama dan utama dari individu. Keluarga merupakan peletak dasar pertama pendidikan dalam pembentukan nilai-nilai dan kepribadian anak sejak kecil sampai usia 7 ( tujuh ) tahun.
2)        Lingkungan Sekolah
Seperti telah diketahui bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan formal, tempat membina dan membimbing siswa tidak selalu memperlancar proses belajar. Dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan kesulitan belajar seperti:
a)         Kurang alat ( sarana dan prasarana ) sekolah, baik yang berbentuk fisik maupun yang berbentuk non fisik berupa gedung dan perabotannya.
b)        Kondisi lingkungan sekitarnya seperti: kebersihan, keadaan suhu udara, penerangan dan sebagainya.
c)         Demikian pula guru dengan kualifikasinya seperti cara mengajar, cara mengelola kelas, cara menilai yang kesemuanya berhubungan erat dengan tingkat pendidikan dan keterampilan serta pengalaman yang telah dimiliki sebagai pendidik, pengasuh dan pembimbing sekolah yang baik.
3)        Lingkungan masyarakat
Lingkungan ini tidak kalah pentingnya dengan kedua lingkungan yang telah dibicarakan di atas. Lingkungan masyarakat seperti: Media massa, kelompok organisasi sosial budaya, serta nilai-nilai agama yang kesemuanya mempengaruhi kesulitan belajar seseorang atau kelompok siswa. Media massa seperti: televisi, komik, selebaran-selebaran, panpel, atau spanduk dan sebagainya.
5.         Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ahli berpendapat tentang belajar kooperatif seperti yang di kemukakan oleh Hamid dan Hasan dalam Komalasari, Kokom (2010 : 62) menegaskan bahwa “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok”.
Selanjutnya Slavin (Hariyanto, 2001 : 17) mengatakan bahwa “belajar kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaborasi yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen.”
Robert dan David Johnson (Suprijono, Agus, 2010 : 58 ) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah :
a)        Positive interdependence (saling ketergantungan positif). Unsur ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran koopertaif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelomok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut;
b)        Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok;
c)        Face to face promotive interaction (interaksi promotif). Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif;
d)        Interpersonal sekill (komunikasi antar anggota). Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif; dan
e)        Group processing (pemrosesan kelompok). Melalui pemerosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.
Selain mempunyai nilai positif mdel belajar koopertif juga mempunyai beberapa kelemahan yang harus dihindari, diantaranya adanya anggota kelompok yang tidak aktif, tetapi kelemahan tersebut dapat dihindari dengan cara sebagai berikut:
a)      Setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap bagian-bagian tertentu dari permasalahan kelompok; dan
b)      Setiap anggota kelompok harus mempelajari materi secara keseluruhan, karena hasil kelompok ditentukan oleh sekor perkembangan masing-masing individu dalam kelompok.
Berdasrkan pendapat-pendapat di atas disimpulkan belajar kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dikelompokan kedalam kelompok-kelompok kecil yang tingkat kemampuannya heterogen dengan tujuan untuk mendoroong siswa bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, berani mengungkapkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, bertukar pendapat dan setiap anggota kelompok saling membantu dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
6.         Model Pembelajaran Kooperatif tipe Examples non-Examples
Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah:
Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan conto gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara, paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Example  Non-example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
a.         Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode example non example antara lain:
1)        Siswa berangkat dari suatu defenisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek
2)        Siswa terlibat dalam suatu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example non example
3)        Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang dipaparkan pada bagian example.
b.        Kelebihan model pembelajaran examples non examples
1)        Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2)        Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3)        Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
c.         Kekurangan model examples non examples
1)        Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2)         Memakan waktu yang banyak.
7.         Materi Keanekaragaman Hayati dan Pelestarian
a.         Tingkatan Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat kita lihat pada setiap tingkat organisasi kehidupannya, mulai dari tingkat gen hingga ekosistem.
1)        Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
2)        Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
3)        Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
b.        Hewan dan Tunbuhan Langka
Setiap makhluk hidup mempunyai ciri-ciri tubuh yang sangat menarik jika kita perhatikan, mengapa demikian? Karena alat-alat tubuh baik luar atau organ tubuh bagian dalam disesuaikan dengan tempat hidupnya. Lingkungan yang ditempati makhluk hidup untuk melakukan kegiatan disebut habitat. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, setiap makhluk hidup memerlukan habitat yang sesuai. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan habitat sehingga tidak cocok/sesuai lagi dengan makhluk hidupnya. Perubahan lingkungan dapat terjadi secara alamiah. Misalnya gunung meletus, musim, pergantian siang dan malam dan perubahan lingkungan akibat perbuatan manusia, misalnya perburuan hewan, penebangan hutan, pembangunan jalan, pembangunan bendungan. Karena perubahan lingkungan ini maka terjadi perubahan jumlah individu yang menempati suatu daerah tertentu. Maka sekarang dikenal adanya istilah hewan dan tumbuhan langka atau mendekati kepunahan. Hewan dan tumbuhan langka dan mendekati kepunahan biasanya dilindungi oleh pemerintah dalam suatu tempat perlindungan karena jumlahnya di alam bebas sedikit.
Hewan langka merupakan organisme yang sangat sulit dicari karena jumlahnya yang sedikit. Yang bisa dikategorikan genting atau  spesies terancam.
Pengkategorian spesies langka bisa dilakukan oleh suatu lembaga seperti pemerintah suatu negara ataupun propinsi. Namun, istilah ini sering digunakan tanpa memiliki batas kriteria yang spesifik. Umumnya hanya digunakan dalam diskusi ilmiah. Konsep kelangkaan dapat terjadi dari sedikitnya jumlah suatu organisme di seluruh dunia, biasanya kurang dari 10.000,  namun konsep ini juga dipengaruhi oleh sempitnya area endemik dan/atau habitat yang terfragmentasi.
c.         Perlindunguan dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati
1)        Cagar Alam
Cagar alam adalah salah satu daerah yang dibiarkan apa adanya sebagai suatu ekosistem yang bebas dari segala macam eksploitasi.
2)        Taman Laut
Taman laut adalah suatu kawasan yang dijadikan sebagai kawasan konservasi laut yang mempunyai keanekaragaman bawah laut cukup unik dan indah.
3)        Hutan Lindung
Hutan lindung berfungsi untuk mengatur tata air dan mencegah terjadinya erosi karena dengan adanya hutan lindung, air hujan dapat diserap lebih banyak oleh tanah.
4)        Taman Nasional
Taman nasional ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, penilitian, pendidikan, dan wisata huta.
5)        Hutan Wisata
Hutan wisata bertujuan untuk menarik wisatawan dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
6)        Aforestasi
Aforestasi, artinya menghutankan suatu daerah yang bukan hutan sebagai pengganti dari hutan untuk kepentingan lain yang lebih besar manfaatnya.
7)        Kebun Raya
Pembangunan kebun raya bertujuan untuk mengumpulkan tumbuhan dari berbagai wilayah untuk dilestarikan dan digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, ataupun parawisata.
8)        Suaka Margasatwa
Suaka margasatwa merupakan daerah tertentu yang berfungsi untuk melindungi satwa langka dan pelestariannya.


J.        Prosedur Penelitian
1.         Lokasi dan Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas  VII semester 2 tahun pelajaran 2011/2012, yang pelaksanaannya dilakukan di MTsN Cipatujah kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Waktu penelitian dilaksanaan mulai tanggal 1 Februari 2012 sampai dengan 14 April 2012. Adapun jadwal kegiatan telah disajikan dalam matri seperti di bawah.
2.         Variabel Penelitian
       Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu;
a.         Variabel bebas adalah penggunaan model pembelajaran examples non-examples
b.        Variabel terikat adalah hasil belajar siswa
3.         Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes, karena dalam penelitian ini dilakukan observasi dengan menggunakan instrumen berupa tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa akibat dari suatu perlakuan.
4.         Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010 : 108 ). Populasi dari penelitian ini adalah keseluruan dari siswa kelas VII MTsN Cipatujah yang berjumlah 131 orang dan terbagi menjadi 4 kelas.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara cluster proporsional. Sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas siswa kelas VII MTsN Cipatujah yaitu kelas VII A yang berjumlah 32 orang yang di beri perlakuan dengan model Examples non-Examples dan kelas  VII B yang berjumlah  34 orang yang di beri perlakuan dengan secara tradisional.
5.         Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized group Pretes – Post tes design, dimana dua kelompok subjek diberikan perlakuan yang berbeda untuk jangka waktu tertentu . kedua kelompok tersebut sebagai kelompok eksperiment.  Pengaruh  perlakuan di perhitungkan melalui perbedaan antara T2 – T1 ( gain ) dari kedua kelompok yaitu yang menggunakan model Examples non-Examples dan kelompok yang menggunakan tradisional.
Pretes
Treatment
Postest
T1
XI
T2
T1
X2
T2

Secara bagan di gambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
T1   =   tes awal ( pre tes  ) sebelum materi diberikan.
X1 =   treatment 1 ( perlakuan 1 ) yaitu melakukan pembelajaran dengan penggunaan model Examples non-Examples  
X2 =   treatment 2 ( perlakuan 2 ) yaitu melakukan pembelajaran dengan tradisional.
T2   =   tes akhir ( post test ) setelah diberikan perlakuan
6.         Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes, karena dalam penelitian ini dilakukan observasi dengan menggunakan instrumen berupa tes untuk mengetahui hasil belajar siswa akibat dari suatu perlakuan.
7.          Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati dan pelestarian dengan jumlah soal sebanyak 20 soal. Tes berbentuk pilihan ganda dengan lima option yang diberikan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mendapat gambaran serta petunjuk mengenai kemampuan belajar siswa. Aspek yang diukur hanya domain kognitif dan dibatasi hanya pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).
Soal-soal dalam instrumen penelitian tersebut sebelumnya diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Untuk melihat layak dan tidaknya soal digunakan untuk penelitian.
a.        Uji Validitas Soal
Untuk mengetahui validitas soal dilakukan pengujian dengan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Arikunto, Suharsimi, ( 2010 : 213 ) sebagai berikut :
rxy   =   
Keterangan :
rxy   = Koefisien korelasi variabel X dan variabel Y
N    = Jumlah Responden (banyaknya subjek)
X    = Skor jawaban masing-masing item
Y    = Total skor pertanyaan
b.        Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto, Suharsimi, (2010: 227) bahwa untuk mencari reliabilitas soal digunakan rumus K – R20 sebagai berikut :
r11   =
Keterangan :
r11  = Reliabilitas tes secara keseluruhan
n     = Banyaknya item soal
S     = Standar deviasi item
p     = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q     = Proporsi subjek yang menjawab item salah
𝛴pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
c.         Daya Pembeda Butir Soal
Arikunto ( 2010 : ) daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Daya pembeda butir soal digunakan dengan rumus :
DP =
Keterangan :
BA    = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB     = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
nA     = jumlah siswa kelompok atas
nB     = jumlah siswa kelompok bawah
d.        Tingkat kesukaran
Bilangan yang menunjukan mudah atau sukarnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus :
P =  
Keterangan :
P   =  indeks kesukaran
B  =  banyaknya siswa kelompok atas dan kelompok bawah yang 
          menjawab soal dengan benar.










8.         Kisi – Kisi Instrument Tes
Indikator
Tujuan
Pembelajaran
Aspek kognitif yang diukur
Jumlah
C 1
C 2
C 3
·       Mendenifisikan makhluk hidup yang tergolong  langka
Mendefinisikan makhluk hidup langka

6


1
·       Membedakan contoh bukan contoh makhluk hidup yang tergolong makhluk hidup langka disuatu lokasi
Membedakan contoh bukan contoh makhluk hidup langka

15

1
·        Mengemukakan pentingnya membudidayakan tumbuhan dan hewan langka
Mengemukakan manfaat pelestarian tumbuhan dan hewan langka

22

1



·       Membedakan contoh bukan contoh budidaya hewan dan tumbuhan langka
Membedakan contoh   bukan contoh pelestarian  tumbuhan dan hewan langka


15

1
Jumlah




4

9.         Teknik Analisis Data  Hasil Penelitian
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes, karena dalam penelitian ini penulis melakukan observasi dengan menggunakan instrumen berupa tes formatif untuk mengetahui hasil belajar akibat dari suatu perlakuan.
Data yang diperoleh merupakan data dalam bentuk hasil post test dari keduanya yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non-examples di kelas VII A dan secara tradisional di kelas VII B. Selanjutnya data tersebut di olah tes normalitasnya dari distribusimasing-masing kelompok dengan cara sebagai berikut :
a.         Menentukan rentang (r)
Rentang = data terbesar – data terkecil
b.        Menentukan Kelas Interval (k)
k = 1 + 3,3 log N, dimana N adalah banyaknya kelas
c.         Menentukan Panjang Kelas Interval (p)
P =
d.        Membuat tabel distribusi frekuensi
Menentukan rata-rata ()
e.         Menentukan Nilai Simpangan Baku (Sd)
Membuat tabel distribusi observasi dan ekspetasi dengan nilai
K = 1 – 3,3 log N
Tabel Distribusi Ekspetasi dan Observasi

No
Batas Kelas
Oi
Z
L
Ei
(Oi - Ei)
(Oi-Ei)2
Ei

Keterangan :
Z =
1  = luas tiap daerah
Ei = Luas tiap kelas x banyak data
Oi = daftar frekuensi pengamatan
X2           =  
f.          Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel
Kriteria : Karena χ2hitung  <  χ2tabel maka populasi berdistribusi normal. Jika keduanya berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan penentuan  homogenitas variansi homogenitas variansi yaitu dengan langkah Sebagai berikut :
1)        Mencari nilai F dengan rumus
F =
Keterangan :
Vb = variansi besar
Vk = variansi kecil
2)        Menentukan derajat kebebasan
db  1  =  n1 – 1
db2   = n2 – 2
Keterangan :
db 1  = derajat kebebasan pembilang
db 2 = derajat kebebasan penyebut
N1   = ukuran sampel yang variansinya besar
N2   = ukuran sampel yang variansi kecil
3)        Menentukan nilai F dari daftar
Jika nilai F <  F tabel maka kedua variansi tersebut homogen.
Catatan :
a)         Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen maka pengujian hipotesis menggunakan rumus :
t =
keterangan =
dsg (deviasi standar gabungan ) =
  boleh di ganti dengan
Jika -t daftar  <  t < t daftar  maka tidak ada perbedaan diantara keda metode tersebut.
b)        Jika kedua data berdistribusi normal namun tidak homogen maka pengujian hipotesis menggunakan rumus :
t ‘( t kritis ) =
c)         Jika salah satu data atau keduanya tidak normal maka tidak usah menguji homogenitas. Dan pengujian hipotesisnya melalui tes wilcoxon dengan cara sebagai berikut :
g.         Membuat daftar rank
Nilai kelompok eksperimen examples non-examples dan konvensional masing – masing di urutkan dari yang terkecil ke yang terbesar sehingga diperoleh pasangan yang setaraf.
No
A
B
A – B
Rank
A - B
Positif
Negatif








h.         Menentukan nilai W
Nilai W adalah bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan negatif. Jika ternyata jumlah rank positif sama dengan jumlah rank negatif , nilai w diambil salah satu.
i.           Menentukan nilai W dari daftar
Pada daftar w , harga  n yang paling besar adalah 25. Untuk n > 25 harga w digunakan dengan rumus :
W =
Jika W hitung < W daftar, maka kedua model pembelajaran tersebut berbeda sangat signifikan.

K.      Langkah Penelitian dan Agenda Kegiatan
1.         Tahap persiapan
a)        Pengajuan judul proposal penelitian
b)        Pembuatan proposal penelitian kemudian di seminarkan
c)        Perbaikan proposal penelitian
d)        Meminta surat izin penelitian dari lembaga FKIP UNIGAL sebagai surat pengantar ke sekolah yang akan dijadikan penelitian
e)        Membuat rancangan pembelajaran
f)          Uji coba instrument dan pengolahan data hasil uji coba instrument.
2.         Tahap pelaksanaan
a)        Melaksanakan pembelajaran pada siswa kelas VII A menggunakan model pembelajaran examples non-examples dengan langkah – langkah sebagai berikut
1)         Guru menyiapkan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2)        Guru menempelkan gambar di papan tulis atau bisa juga ditayangkan melalui Powr Point
3)        Guru memberikan petunjuk kepada peserta didik dan memberi kesempatan peserta didik untuk memperhatikan / menganalisis gambar yang ditayangkan,
4)        Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil ( 2 - 3 orang ) , Kelompok yang terdiri atas 2/3 siswa melakukan diskusi dan analisis mengenai bagian yang merupakan conto dan bukan conto
5)        Hasil diskusi dari analisa tersebut dicatat pada selembar kertas. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan / menayangkan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas
6)        Kelompok yang lain memberikan tanggapan, sanggahan, komentar. Guru sebagai fasilitator sekaligus sebagai moderator jalannya diskusi kelas. Memberikan penjelasan / penegasan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
7)        Guru membimbing peserta didik membuat kesimpulan dari kegiatan kelompok, sesuai dengan tujuan pembelajaran







Langkah penelitian di atas dibuat dalam diagram alur sebagai berikut :
                                                               





















L.       Jadwal Kegiatan
No
Jenis
Kegiatan
Bulan
Jan
Feb
Mart
April
Mei
Juni
Juli
1.
Pembuatan Proposal




























2.
Pengujian proposal




























3.
Uji instrumen




























4.
Penelitian Lapangan




























5.
Analisis data




























6.
Laporan     Hasil (Bab I– IV)




























7.
Sidang skripsi